Penjual Pulsa
Penjual Pulsa
Panggil saja Mas
Cahyadi. Dia penjual pulsa di kios mini di daerah kampus milik seorang
pensiunan pegawai negeri. Meskipun hanya jualan pulsa, dia harus tetap wangi
dan rapi (syukur-syukur dianggap seksi) biar pelanggannya tidak pindah ke lain
hati. Di depan kiosnya, ada pangkalan angkot. Tidak ada warna lain selain
kuning, karenanya disebut angkot kuning, angkot penyelamat bagi mahasiswa yang
tidak dimodali kendaraan roda dua untuk mengarungi kampus yang luasnya
edan-edanan. Sopir-sopirnya dekil, hitam, tidak seperti Mas Cahyadi yang
memperhatikan penampilan dari rambut sampai kaki. Tapi mereka baik hati sama
Mas Cahyadi, sering kasih sebungkus sarapan pagi.
Pagi ini, Mas
Cahyadi tidak sewangi hari yang lalu. Selain sedang patah hati karena cintanya
ditolak janda beranak dua, Mas Cahyadi terancam tidak lagi bisa berjualan
pulsa. Bos-nya akan menjual kios mini yang sudah sangat disayanginya kepada
pengusaha, entah pengusaha apa. Beberapa bulan belakangan, kiosnya memang sepi.
Mahasiswa-mahasiswa yang dulunya berlangganan membeli pulsa padanya beralih
membeli pulsa kepada temannya sesama mahasiswa yang ikut-ikutan jualan pulsa.
Bisa ngutang dulu katanya. Alhasil, kios yang sepi membuat bos-nya semakin
frustrasi dan memutuskan untuk menjual si kios mini tanpa peduli betapa
kacaunya hati Mas Cahyadi.
Kini, giliran
Mas Cahyadi yang frustrasi bercampur ingin mati. Kehilangan pekerjaan,
kehilangan cinta. Ini semua gara-gara mahasiswa-mahasiswa yang ikut-ikutan
jualan pulsa.
Hari-hari
berikutnya, sudah tidak ada Mas Cahyadi yang rapi dan wangi.
0 komentar: