Semenjak Beranjak
Make-upnya sudah selesai sedari tadi. Namun bedaknya selalu luntur karena menangis.
Tapi, nanti dia akan tetap datang.
Sebagai seorang tamu
di pesta perkawinan sekaligus sebagai seorang yang cintanya bertepuk sebelah tangan.Yang terpenting, dia harus mengeringkan
air mata-nya, biar tidak menangis lagi mendapati kenyataan bahwa cintanya diambil
orang.
Dipungutnya gaun itu,
gaun sutra bersulam, berkerah lebar dan ramping di pinggang. Gaun teristimewa
yang diamiliki sepanjang hidupnya. Lalu dia melangkah menuju cermin,
sudah lama dia tidak melihat dirinya sendiri. Sedikit lebih cantik dengan gaun yang dikenakannya. Barangkali akan lebih cantik lagi jika dia tidak kehilangan senyumnya
yang baru saja menguap bersama sendu.
Sekarang, dirinya sudah sempurna,
tanpa air mata. Bedaknya tidak lagi luntur.Wajahnya berbedak tipis dengan perona merah delima.Dia memasukkan kakinya ke sepasang sepatu dengan hak
paling tinggi yang pernah dia punya. Hari ini, dia menjelma menjadi perempuan
paling cantik. Hari ini,
semua orang harus akan mengingatnya. Di
hari yang paling dia benci ini,
dia harus lebih cantik dari
sang pengantin.
Di depan orang yang
paling dicintainya dan orang yang dicintai oleh orang yang paling dicintainya, dia mengucapkan selamat lalu berlalu begitu saja,
menguatkan hatinya. Jejaknya hanya menyisakan wangi parfum
yang lembut.
Mata yang teramat dikenalnya memandangnya dari kejauhan.
‘Mengapa memandang kudemikian?’
‘Tidak apa-apa’
Mampuslah kau yang merindu, tapi seperti anak mencari-cari alasan.
0 komentar: