Ketika Jomblo Angkat Bicara
Ketika Jomblo Angkat Bicara
Usia dua puluhan tapi kemana-mana masih
sendirian. Usia dua puluhan tapi masih belum ada gandengan. Kata orang orang,
sebutannya jomblo. Lalu orang-orang perlahan-lahan menjadikan jomblo sebagai
sesuatu yang hanya layak untuk ditertawakan. Pada kelompok tertentu, jomblo
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengumpulkan pundi pundi rupiah. Di layar
kaca, kejombloan seseorang dikemas sedemikian rupa dengan kata-kata yang
dilucu-lucukan. Penonton bertepuk tangan seolah mengiyakan, penonton tertawa
sampai terpingkal-pingkal, comedian pun merasa sukses besar padahal dirinya
sendiri juga adalah seorang jomblo.
Di usia dua puluhan pula, banyak wanita
yang sudah khawatir akan kejombloannya. Takut tidak kebagian pria mengingat
jumlah pria yang semakin hari semakin punah saja seperti Harimau Sumatra. Takut
tidak ada yang menanyai ‘will you marry me?’ suatu hari nanti padahal
orang-orang seumurannya rata-rata anaknya sudah SMP. Terus kalau ditanya ‘kok
belum nikah-nikah mbak?’, mau berbohong apalagi? Masa iya akan terus menerus
bilang ‘masih kuliah, mau fokus kuliah dulu’ , basi. Nyatanya memang tidak ada
yang bilang cinta, mau apalagi. Tidak laku? Terlalu mahal barangkali. Pria-pria
di luaran sana lebih memilih wanita yang gampang luluh dengan rayuan gombal,
sebatang coklat harga goceng, dan setangkai bunga plastic.
Sedikit banyak, jomblo di luaran sana
adalah orang yang terluka. Mereka dilukai oleh masyarakat yang hanya menganggap
sempurna orang-orang yang telah memiliki pasangan dan menganggap tak laku wanita
yang masih saja lajang di usai yang mulai matang. Sakit bukan. Beberapa wanita ada
yang bahkan sudah merencanakan hal-hal apa saja yang dilakukannya manakala
dirinya tak kunjung menemukan pasangannya, saking frustrasinya dengan ocehan
ocehan ibu-ibu rumpi yang tiap semenit sekali menanyakan ‘kok belum nikan juga? Nggak capek sendirian? Atau nggak laku?’.
Kekhawatiran-kekhawatiran yang ditimbulkan
dari fenomena jomblo ini pada dasarnya bisa hilang sama sekali. Asal saja
lajang di usia yang sudah cukup matang adalah hal yang biasa. Tidak ada yang
perlu ditertawakan, digunjingkan ataupun diperlakukan berbeda.
Apa salahnya berjalan sendirian di antara
sekian banyak yang mencoba bergandengan –meskipun akhirnya banyak yang
kebablasan-? Toh jika menunggu sedikit lebih lama, pasti akan ada yang mengajak
berlari bersama. Tuhan tidak akan mengingkari firman-Nya sendiri bukan bahwa
setiap makhluknya diciptakan berpasang-pasangan? Apa salahnya menghabiskan
jatah jomblo-meskipun Tuhan terlalu baik hati dalam memberikan jatah ini-? Menunggu
sampai halal, di sabar-sabarin meskipun perih juga lihat di pojok sana-sini
hampir semuanya berpasangan. Sedih juga saat satu per satu teman-teman
meninggalkan kita sendirian saat dirinya telah mendapatkan pasangan. Tuhan menyiapkan
rencana yang indah untuk orang-orang yang sampai detik ini menjaga dirinya kok.
Jika ada pertanyaan ‘kenapa masih jomblo?’ jawabannya ‘barangkali saya belum
butuh pasangan, Tuhan kan ngasihnya apa yang saya butuhkan, bukan yang saya
inginkan’. See, jomblo mempunyai kemampuan ngeles yang luar biasa.
Jika sampai detik ini masih belum ada yang
menyatakan cinta atau kemudian mengajak hidup bersama, santai aja lagi.
Seberapapun inginnya menikah sebelum terlanjur disebut perawan tua, seberapapun
inginnya dicintai oleh seorang pria keren sampai sebegitunya dalam
memperjuangkan kita, kalau Tuhan belum berkendak, bisa apa?
Sambil menunggu masa-masa itu datang, berkaryalah,
ber-travellinglah. Galau is a BIG NO. Khawatir sama masa depan kita nanti juga
tidak perlu berlebihan. Secukupnya saja kalau tidak mau gila.
Sekian. #Salam Jomblo Guys
0 komentar: