Tentang Rasa
Tentang rasanya dicintai, menolak dicintai, ditinggalkan,
lalu berharap dicintai lagi (oleh orang yang tepat)
Apa kabar hati-hati yang
masih kosong? Mau sampe kapan kosong
terus, hah?
Ngomongin hati emang nggak
ada selesenya. Tapi ngomongin masalah hati tetep seru meskipun kadang-kadang
bikin sakit. Kali ini gue nggak bakalan konyol-konyolan kayak biasanya, gue mau
serius karena gue mau ngomongin masalah hati.
Udah pernah ditaksir sama
lawan jenis? Gue yakin banget banget banget, semua orang pernah. Seancur apapun
diri kita menurut kita sendiri, pasti ada satu (atau lebih) orang di dunia ini
yang tertarik bahkan sama keancuran kita sendiri. Kenapa? Karena pada dasarnya
Tuhan itu Maha Baik, Dia nggak pernah tega ngebiarin hamba-Nya merasa nggak
pernah dicintai baik terang-terangan ataupun diam-diam.
Gimana rasanya ditaksir
orang? Bisa jadi seneng, bisa jadi sebel. Kita bisa ngerasa seneng ya karena
kita sama sama menyukai atau paling nggak sedikit menyukai orang yang lagi
naksir kita. Kita suka sama perhatian-perhatian kecilnya, kita suka segala yang
dilakuinnya meskipun itu masih sebatas suka belum cinta. Dan kita bisa jadi
sebel kalau seandainya orang yang naksir kita bukanlah orang yang diharapkan. Rasanya
apa aja yang dilakuin buat kita itu salah. Ngucapin selamat pagi, ngingetin
makan, ngingetin belajar, semuanya dianggep lebay. Padahal itu masih wajar.
Nggak sombong atau nolak rezeki sih tapi ya mau gimana lagi, hati kan nggak
bisa dipaksa. Nggak cewek nggak cowok, gue pikir bakalan ngerasain hal yang
sama. Iyalah, hati kita kan dibikin dari zat yang sama oleh Dzat yang sama
juga.
Nah, hal inilah yang jadi
permasalah yang menurut gue cukup berat. Kenapa ada orang yang bisa saling suka
dalam sekali taksiran *wuidiih dan kenapa masih ada juga orang yang ditaksir
tapi nggak naksir balik dan ketika naksir, nggak ditaksir balik juga?Dengan
kata lain, kenapa selalu ada susah jatuh cinta dan saat kita bisa merasakan
cinta yang ada justru cinta yang bertepuk sebelah tangan? Mungkin masalah
inilah yang membuat fakir asmara yang bukan pengemis cinta semakin merajalela
dan jumlahnya hampir menyamai jumlah pengangguran di Indonesia.
So, kenapa ini semua bisa
terjadi?
Ini kasus berat dan buat gue
ini lebih dari sekadar kasus, ini misteri. Sebagai seorang manusia yang udah
ditakdirin buat hidup berpasang pasangan, kita juga bisa iri sama orang orang
yang sepertinya udah nemuin pasangan hidupnya. Ya meskipun masih bisa putus di
tengah jalan tapi paling nggak selama meraka bersama, mereka bisa saling ngasih
perhatian. Tau sendiri kan kalo kebutuhan manusia yang agak pokok adalah
kebutuhan akan perhatian. Kadang kita (para jomblo) bosen ngelakuin semuanya
sendiri. Makan sendiri, nonton sendiri, mention mentionan sama akun yang
dibikin sendiri, bahkan meskipun udah semenderita itu kita pun kadang menerima
kenyataan pahit bahwa kita terpaksa mencintai sendirian tanpa pernah ada
balasan. Fine.
Dan sampe detik ini, dari
sekian banyak orang yang pacaran di dunia ini, gue masih penasaran seberapa
banyak orang yang pacaran karena emang bener bener keduanya saling suka bukan
karena mau manfaatin motornya jadi ojek kampus, manfaatin uangnya buat beliin
makan atau manfaatin gendernya biar bisa disebut ‘punya pacar’, seberapa
banyak? Kalo begini ceritanya, kita (para jomblo) sih tinggal meng-IYA-kan
tawaran cinta orang lewat dan masalah kejombloan yang mulai menjamur pun lenyap
sudah.
Kadang gue mikir, kenapa
kita nggak langsung ditemuin sama jodoh kita aja, tanpa harus ada segala proses
mencintai orang yang ternyata nggak tepat, berkali kali pula. Kenapa kita
(kadang) diberikan rasa yakin
seyakin-yakinnya bahwa orang yang sedang kita cintai adalah orang yang benar
benar tepat sampai sampai kita berjuang mati-matian,sendirian? Sampe-sampe
namanya selalu disebut dalam doa. Tapi akhitnya apa? Pada akhirnya, kita nggak
dapet balesan apa apa. Kita menyebut namanya dalam doa, dia menyebut nama orang
lain dalam doanya. Gitu terus. Siklusnya nggak pernah berubah. Gue nggak ngerti
kenapa mencintai itu bisa serumit ini. Ada yang suka, hati nggak pas. Hati udah
pas, ee nggak ada yang suka. Gue pengen cinta itu dipermudah, khususnya buat
orang orang yang udah terlalu lama terjebak dalam siklus cinta yang tiada
akhir, yang nggak bakalan ada titik temunya.
Gue ada kasus lanjutan nih..
Sekian banyak orang yang dateng
mencoba mengisi hati, sampe akhirnya mereka semua pergi beralih mengetuk hati
hati yang lain. Mereka kecewa, hati yang datang dengan suka cita tak disambut
dengan hal yang sama. Sampe akhirnya, hati hati yang sempat disinggahi merasa
kosong lagi, nggak ada yang menyapa lagi. Lalu datanglah sepi dan rindu yang
mulai mengisi hati.
Kadang, kita emang nggak
bener bener jatuh cinta sama seseorang yang nyoba buat ngisi hati kita. Tapi,
secara nggak sadar kita mulai suka sama segala perhatian yang dikasihnya. Dan
pas orang itu pergi dan beralih ke lain hati dengan sepengetahuan kita, kadang
ada juga rasa nggak rela. Nggak rela ini bukan karena kita mulai cinta, tapi ya
nggak rela aja. Manusia emang kadang egois dan nggak logis tapi ini bukan
fiktif. Kalo udah kayak gini, berarti udah mulai cinta dong? Enggak, bukan
cinta bukan. Rasa nggak rela bukan berarti udah suka apalagi cinta. Ada suatu
keadaan dimana kita udah mulai terbiasa sama segala tindakan yang dilakuin sama
orang yang nyoba jadi kandidat pengisi hati kosong kita, sialnya meskipun kita
nggak cinta kadang kita terlanjur nyaman. Dan bisa dibayangin dong gimana
rasanya kalo kita udah tiba di fase ‘nyaman’ tapi tiba tiba ditinggalin begitu
aja. Kebiasaan yang udah terbangun jadi kacau. Keadaan macem ini sih nggak
permanen,tapi emng butuh waktu buat menetralisir semua keadaan agar bisa balik
kayak semula.
Beberapa orang mungkin
pernah mengalami siklus ini => dicintai, menolak untuk dicintai, ditinggalkan
oleh yang mencintai, kehilangan, lalu berharap untuk dicintai lagi (oleh orang
yang tepat) dst dst…. L
Cukuplah ngomongin cinta.
Capek juga lama-lama.
Intinya, biarin jomblo,
jomblo adalah suatu usaha untuk menjaga kehormatan diri sampai tiba saatnya nanti.
Jomblo itu menghindarkan kita dari segala kegiatan kegiatan yang bisa jadi
nggak Alloh sukai, misalnya kata sayang yang diumbar kesana-kemari. Suatu saat,
Alloh akan mempertemukan kita dengan orang yang benar benar tepat dan di waktu
yang memang sudah tepat. Kita cuman perlu sabar, sabar liat orang-orang yang nggak
punya tolerasi berasmara misalnya. Dan yang perlu diluruskan adalah jomblo itu
bukan nasib apalagi takdir. Yang masih berani ngomong begini berarti nggak
pernah baca Al’Quran nih.
Terakhir, semoga segala
kebaikan tercurah bagi setiap orang yang mampu bersabar menunggu berkah, berkah
jodoh salah satunya. Semoga segala penantian ini berakhir indah dengan sebuah
nama yang selalu disebut sebelum kata AAMIIN benar-benar dihadirkan dalam
berkah.
HIDUP
MAHASISWA ! HIDUP JOMBLO! HIDUP WARTEG! HIDUP INDOMIE!! #ora ono hubungane #ngelantur #mabok ndean..
1 komentar: