Surat Seorang Asing

Kamis, Oktober 17, 2013 Unknown 0 Comments

Surat Seorang Asing

Dear Tuan,

Sudah bahagiakah kamu dengan dia yang sekarang? Kupikir sudah. Kamu sering menghabiskan waktu bersamanya, berfoto bersama dengan pose macam-macam lalu disebarkan di media sosial dan tanpa sengaja membiarkan aku mengetahui kebahagianmu. Aku mencoba tidak peduli. Tapi apanya yang disebut tidak peduli? Sedetik setelah kamu menyebarkan fotomu, aku membuka album foto di Facebook-mu dan mencari tahu segala apa yang telah kamu lakukan di hari itu bersama pasanganmu. Setelah itu aku hanya mengucapkan ‘OH’ dan tidak ada perasaan cemburu sama sekali. Jelas ini bukan patah hati kan?

Kita sering bersama. Tapi kita hanya teman saja. Seringkali aku masih melihat hal yang berbeda dari matamu saat tidak sengaja melihat mataku. Bahkan terkadang, menyebut namaku pun lidahmu masih kaku. Ada yang salah denganku?

Dan lagi,

Seharusnya sudah tidak ada degup jantung yang sedikit melenceng dari ritme biasanya saat kamu berada di sisiku. Seharusnya, tidak ada tangan yang menggenggam tanganku saat aku hampir terjatuh. Seharusnya, tidak ada jaket yang kau pinjamkan saat aku sedang kedinginan. Seharusnya, tidak ada sosok yang perlahan mendekati dan menemaniku saat aku duduk seorang diri di bangku taman. Seharusnya begitu, jika kamu sudah tidak cinta aku.

Dulu, katanya kamu cinta aku. Tapi kamu bahkan enggan menungguku sampai mau menerimamu. Kamu malah pergi, mengatakan cinta kepada selain aku. Itu yang namanya cinta? Mana bisa aku percaya.

Jika kamu menungguku sedikit lebih lama, barangkali kamu tidak perlu memperhatikanku diam-diam. Kamu juga tidak perlu mengawasiku dari jauh hanya untuk memastikan aku sedang baik-baik saja. Kamu hanya perlu berada di sampingku sambil menggenggam tanganku. Tapi jika kamu menungguku sedikit lebih lama, kamu tidak akan bertemu wanita yang selalu mengkhawatirkanmu setiap waktu. Kupikir, kamu masih baik baik saja tanpa cintaku.

Bagaimanapun juga, aku memperhatikan kamu tanpa pernah kamu tahu. Sedikit demi sedikit, aku mulai rindu jika aku kehilangan gelagat anehmu tiap kali aku ada di dekatmu.

Ah, seandainya engkau menunggu lebih lama, mungkin engkau akan lebih bahagia atau bahkan lebih merana.

Itu masa-masa lima tahun yang lalu, Tuan. Sudah lama, sudah lapuk. Sekarang, bolehkan aku bertanya apa kabar padamu? Masih ingatkah aku, orang yang katanya sempat kau cintai, lima tahun yang lalu.

-dari seorang asing yang barangkali sudah terlupakan, JINGGA -


You Might Also Like

0 komentar: