Tentang Rasa

Jumat, Juli 05, 2013 Unknown 1 Comments

Tentang rasanya dicintai, menolak dicintai, ditinggalkan, lalu berharap dicintai lagi (oleh orang yang tepat)

Apa kabar hati-hati yang masih kosong?  Mau sampe kapan kosong terus, hah?

Ngomongin hati emang nggak ada selesenya. Tapi ngomongin masalah hati tetep seru meskipun kadang-kadang bikin sakit. Kali ini gue nggak bakalan konyol-konyolan kayak biasanya, gue mau serius karena gue mau ngomongin masalah hati.

Udah pernah ditaksir sama lawan jenis? Gue yakin banget banget banget, semua orang pernah. Seancur apapun diri kita menurut kita sendiri, pasti ada satu (atau lebih) orang di dunia ini yang tertarik bahkan sama keancuran kita sendiri. Kenapa? Karena pada dasarnya Tuhan itu Maha Baik, Dia nggak pernah tega ngebiarin hamba-Nya merasa nggak pernah dicintai baik terang-terangan ataupun diam-diam.

Gimana rasanya ditaksir orang? Bisa jadi seneng, bisa jadi sebel. Kita bisa ngerasa seneng ya karena kita sama sama menyukai atau paling nggak sedikit menyukai orang yang lagi naksir kita. Kita suka sama perhatian-perhatian kecilnya, kita suka segala yang dilakuinnya meskipun itu masih sebatas suka belum cinta. Dan kita bisa jadi sebel kalau seandainya orang yang naksir kita bukanlah orang yang diharapkan. Rasanya apa aja yang dilakuin buat kita itu salah. Ngucapin selamat pagi, ngingetin makan, ngingetin belajar, semuanya dianggep lebay. Padahal itu masih wajar. Nggak sombong atau nolak rezeki sih tapi ya mau gimana lagi, hati kan nggak bisa dipaksa. Nggak cewek nggak cowok, gue pikir bakalan ngerasain hal yang sama. Iyalah, hati kita kan dibikin dari zat yang sama oleh Dzat yang sama juga.

Nah, hal inilah yang jadi permasalah yang menurut gue cukup berat. Kenapa ada orang yang bisa saling suka dalam sekali taksiran *wuidiih dan kenapa masih ada juga orang yang ditaksir tapi nggak naksir balik dan ketika naksir, nggak ditaksir balik juga?Dengan kata lain, kenapa selalu ada susah jatuh cinta dan saat kita bisa merasakan cinta yang ada justru cinta yang bertepuk sebelah tangan? Mungkin masalah inilah yang membuat fakir asmara yang bukan pengemis cinta semakin merajalela dan jumlahnya hampir menyamai jumlah pengangguran di Indonesia.

So, kenapa ini semua bisa terjadi?

Ini kasus berat dan buat gue ini lebih dari sekadar kasus, ini misteri. Sebagai seorang manusia yang udah ditakdirin buat hidup berpasang pasangan, kita juga bisa iri sama orang orang yang sepertinya udah nemuin pasangan hidupnya. Ya meskipun masih bisa putus di tengah jalan tapi paling nggak selama meraka bersama, mereka bisa saling ngasih perhatian. Tau sendiri kan kalo kebutuhan manusia yang agak pokok adalah kebutuhan akan perhatian. Kadang kita (para jomblo) bosen ngelakuin semuanya sendiri. Makan sendiri, nonton sendiri, mention mentionan sama akun yang dibikin sendiri, bahkan meskipun udah semenderita itu kita pun kadang menerima kenyataan pahit bahwa kita terpaksa mencintai sendirian tanpa pernah ada balasan. Fine.

Dan sampe detik ini, dari sekian banyak orang yang pacaran di dunia ini, gue masih penasaran seberapa banyak orang yang pacaran karena emang bener bener keduanya saling suka bukan karena mau manfaatin motornya jadi ojek kampus, manfaatin uangnya buat beliin makan atau manfaatin gendernya biar bisa disebut ‘punya pacar’, seberapa banyak? Kalo begini ceritanya, kita (para jomblo) sih tinggal meng-IYA-kan tawaran cinta orang lewat dan masalah kejombloan yang mulai menjamur pun lenyap sudah.

Kadang gue mikir, kenapa kita nggak langsung ditemuin sama jodoh kita aja, tanpa harus ada segala proses mencintai orang yang ternyata nggak tepat, berkali kali pula. Kenapa kita (kadang)  diberikan rasa yakin seyakin-yakinnya bahwa orang yang sedang kita cintai adalah orang yang benar benar tepat sampai sampai kita berjuang mati-matian,sendirian? Sampe-sampe namanya selalu disebut dalam doa. Tapi akhitnya apa? Pada akhirnya, kita nggak dapet balesan apa apa. Kita menyebut namanya dalam doa, dia menyebut nama orang lain dalam doanya. Gitu terus. Siklusnya nggak pernah berubah. Gue nggak ngerti kenapa mencintai itu bisa serumit ini. Ada yang suka, hati nggak pas. Hati udah pas, ee nggak ada yang suka. Gue pengen cinta itu dipermudah, khususnya buat orang orang yang udah terlalu lama terjebak dalam siklus cinta yang tiada akhir, yang nggak bakalan ada titik temunya.

Gue ada kasus lanjutan nih..

Sekian banyak orang yang dateng mencoba mengisi hati, sampe akhirnya mereka semua pergi beralih mengetuk hati hati yang lain. Mereka kecewa, hati yang datang dengan suka cita tak disambut dengan hal yang sama. Sampe akhirnya, hati hati yang sempat disinggahi merasa kosong lagi, nggak ada yang menyapa lagi. Lalu datanglah sepi dan rindu yang mulai mengisi hati.

Kadang, kita emang nggak bener bener jatuh cinta sama seseorang yang nyoba buat ngisi hati kita. Tapi, secara nggak sadar kita mulai suka sama segala perhatian yang dikasihnya. Dan pas orang itu pergi dan beralih ke lain hati dengan sepengetahuan kita, kadang ada juga rasa nggak rela. Nggak rela ini bukan karena kita mulai cinta, tapi ya nggak rela aja. Manusia emang kadang egois dan nggak logis tapi ini bukan fiktif. Kalo udah kayak gini, berarti udah mulai cinta dong? Enggak, bukan cinta bukan. Rasa nggak rela bukan berarti udah suka apalagi cinta. Ada suatu keadaan dimana kita udah mulai terbiasa sama segala tindakan yang dilakuin sama orang yang nyoba jadi kandidat pengisi hati kosong kita, sialnya meskipun kita nggak cinta kadang kita terlanjur nyaman. Dan bisa dibayangin dong gimana rasanya kalo kita udah tiba di fase ‘nyaman’ tapi tiba tiba ditinggalin begitu aja. Kebiasaan yang udah terbangun jadi kacau. Keadaan macem ini sih nggak permanen,tapi emng butuh waktu buat menetralisir semua keadaan agar bisa balik kayak semula.

Beberapa orang mungkin pernah mengalami siklus ini => dicintai, menolak untuk dicintai, ditinggalkan oleh yang mencintai, kehilangan, lalu berharap untuk dicintai lagi (oleh orang yang tepat) dst dst…. L

Cukuplah ngomongin cinta. Capek juga lama-lama.

Intinya, biarin jomblo, jomblo adalah suatu usaha untuk menjaga kehormatan diri sampai tiba saatnya nanti. Jomblo itu menghindarkan kita dari segala kegiatan kegiatan yang bisa jadi nggak Alloh sukai, misalnya kata sayang yang diumbar kesana-kemari. Suatu saat, Alloh akan mempertemukan kita dengan orang yang benar benar tepat dan di waktu yang memang sudah tepat. Kita cuman perlu sabar, sabar liat orang-orang yang nggak punya tolerasi berasmara misalnya. Dan yang perlu diluruskan adalah jomblo itu bukan nasib apalagi takdir. Yang masih berani ngomong begini berarti nggak pernah baca Al’Quran nih. 

Terakhir, semoga segala kebaikan tercurah bagi setiap orang yang mampu bersabar menunggu berkah, berkah jodoh salah satunya. Semoga segala penantian ini berakhir indah dengan sebuah nama yang selalu disebut sebelum kata AAMIIN benar-benar dihadirkan dalam berkah.


HIDUP MAHASISWA ! HIDUP JOMBLO! HIDUP WARTEG! HIDUP INDOMIE!! #ora ono hubungane #ngelantur #mabok ndean..

1 komentar: