Apa Maunya?
Apa Maunya?
Kadang kadang, saya dibuat sedemikian tidak
mengertinya dengan pola pikir makhluk Tuhan teristimewa yang dinamai manusia.
Sumpah, jika saya disuruh untuk menentukan hal-hal apa yang paling
membingungkan di dunia ini, pikiran saya sudah bisa dipastikan akan merujuk ke
satu hal, MANUSIA. Mari kita lihat sedikit fenomena yang baru-baru ini saya
amati. Saya tidak meminta anda untuk menyetujui opini yang akan saya utarakan.
Saya hanya meminta anda untu membaca tulisan ini sampai selesai, meskipun hati
anda menentang opini saya mentah-mentah. Saya tekankan lagi, meskipun anda
menolak opini saya mentah-mentah.
Anda pernah menghadiri sebuah rapat? Rapat apa
saja, bisa rapat dalam sebuah organisasi, rapat di dalam sebuah kelas mungkin,
atau apa saja. Tidak harus rapat DPR kok. Jika anda pernah menghadiri dan
menjadi bagian dari sebuah rapat, saya akan mengkhususkan dan mempersempit
pengertian rapat yang saya maksudkan. Rapat yang saya maksudkan adalah rapat
dimana di dalamnya terdapat pemberian sebuah kepercayaan kepada seseorang atau
beberapa orang. Pernah? Saya menganggap anda semua pernah. Lalu, pernahkah
rapat anda mendadak stuck atau diam di tempat dan waktu yang ada menjadi
terbuang sia-sia hanya karena tidak ada satu orang pun dari anggota rapat yang
ada tidak mau diberi kepercayaan, menjadi ketua atau menjadi penanggung jawab
misalnya? Pernah juga? Jika anda belum pernah mengalami situasi yang demikian,
saya akan memberikan selamat karena peristiwa yang demikian sangat jarang
terjadi, sangat jarang !
Pada situasi seperti ini, sang calon pengemban
tanggung jawab saling menolak,saling melempar. Masing masing saling memberikan
alasan yang entah memang kuat atau dibuat menjadi seolah-olah kuat dan pantas
dijadikan alasan. Kalau sudah seperti ini, disaat sang calon pengemban tanggung
jawab saling berdebat mempertahankan ‘ketidakmauannya’, anggota rapat yang
tidak dipercayai menjadi apapun lah yang geram. Buang buang waktu, kebanyakan
omong, kebanyakan alesan, bubar saja bubar, begitu kata mereka dalam hati.
Orang orang dalam kelompok ini lalu memilih untuk diam meskipun geram, memilih
untuk tidur daripada ikut ikutan tawur.
Inilah yang aneh. Keanehan yang selalu berulang
tanpa pernah tahu kapan akan berakhir. Saat orang diberikan kepercayaan untuk
mengemban amanah, justru malah saling melempar. Bilangnya tidak sanggup lah,
belum pantas lah, masih banyak yang lebih pantas lah, belum berpengalamanlah, tidak
ada waktu lah, belum sanggup mengkoordinir lah, menduduki jabatan penting di
lembaga lain lah. DAMN. Terus saja mengatakan hal yang demikian. Semakin banyak
alasan, semakin banyak perdebatan, rapat akan semakin seru kan? Lebih seru
daripada tawuran antar supporter sepak bola Indonesia malah. Orang orang yang
pasif di dalam rapat akan semakin menghujat (dalam hati), brengsek! Sampai kapan
akan membuang-buang waktu wahai orang sok penting yang terhormat (masih dalam
hati)? Kenapa tidak langsung mengatakan ‘iya saya sanggup, saya akan berusaha
semampu saya’? Sanggup sungguhan atau tidak urusan belakang.
Tapi lihatlah di bagian lain, disaat orang yang
dipercayai justru menolak untuk dipercayai, orang orang yang tidak dipercayai
justru mati-matian berusaha untuk membuat dirinya dipercayai. Orang yang
dibilang tidak bisa bertanggung jawab, ngotot bilang kalau dia adalah orang
yang bertanggung jawab. Tapi setelah ada yang memberinya kepercayaan, justru
malah menghindar dengan seribu alasan. Setelah ada yang mempercayainya untuk
diberikan sebuah tanggung jawab, malah mengelak. Kontras bukan? Lalu maunya
bagaimana? Apa yang salah dengan pola pikir manusia jaman sekarang sih? Apa
gara gara kebanyakan makan MSG semasa SD? Mungkin saja.
Kebanyakan manusia memang seperti itu. Susah
dimengerti. Saya juga demikian kok. Saya mengakui kalau saya juga punya
kelakuan yang sama saat dihadapkan pada keadaan yang sama. Sebelum saya menuliskan
ini, saya juga sudah pernah berada dalam posisi itu. Dan itu memang naluri,
secara tidak sadar kita akan berusaha menolak. Iya kan?
Sekali lagi saya tekankan bahwa ini hanya opini. OPINI
yang bisa jadi benar bisa jadi salah. Terserah sih.
0 komentar: