It's just an opinion
Anak Teknik Di Kacamata Anak Non-Teknik
Haloo,
masih inget gue nggak?
Belakangan
ini gue (emang) nggak pernah update blog lagi. Ah entahlah. Padahal udah
berkali-kali niatin dalam hati supaya rajin ngeblog, tapi tetep aja nggak kepegang.
Rasa malas adalah penyebab semuanya.
Ada
apa dengan rasa malas? Kenapa rasa malas itu nggak bisa dihilangin? Pernah gak
sih, setiap kali ada niat untuk mengerjakan sesuatu, mendadak diri kita sibuk
nyari nyari alasan sendiri? Dan sialnya, alasan untuk menunda-nunda pekerjaan
itu selalu ada. Gue sendiri udah paham tentang betapa pentingnya disiplin, tapi
ya tetep aja ujung ujungnya jadi gitu. Jangan ditiru ya! Mau jadi apa Indonesia
kalo semua warganya begini..
------------
Apa
yang berubah setelah liburan semester selama hampir 2 bulan kemaren? Gue masih
kece seperti biasanya, gue masih suka RAN sama JONAS BROTHER, status gue juga
masih sama : jomblo mahasiswa dan yang paling penting muka gue masih
penuh dengan pipi. Yang berubah adalah gue mendadak jadi gagap menuliskan ide
ide gaje gue. Ide gue stuck, males move on. Hingga pada suatu ketika, ada temen
gue ( yang mungkin sebenarnya adalah fans berat gue ), minta gue menuliskan
sesuatu.
Yap,
akhirnya gue ada kerjaan. Gue seneng karena ada juga yang mau baca tulisan gue
sekaligus mint ague nulis lagi, entah itu beneran atau enggak yang jelas mendadak
gue ngerasa bener bener dihargai. Gue jingkrak-jingkrak, gue langsung bikin
video harlem shake. Setelah itu, gue bingung gimana cara memulai nulisnya.
Sebagai orang yang mempunyai cita-cita bakal jadi penulis seterkenal dan
sekonyol @shitlicious, gue merasa gagal. Sejak saat itu, cita cita gue beralih
jadi pemilik online shop. Alasannya simple, biar dipanggil SISTA. Panggilan
yang cukup menjijikan, tapi cukuplah untuk menyandang jabatan gaul cetar.
Demi
cita-cita, sebisa mungkin gue bakal mencoba untuk menuliskannya, segaje apapun
ceritanya.. *ON FIRE*
Dari
tema yang dikasih sama temen gue, seharusnya gue ngelakuin sebuah penelitian
kualitatif yang mana harus menyiapkan beberapa variable dan atribut atribut
yang akan diteliti lebih lanjut. Berhubung gue sibuk, kayaknya gue cuman perlu
ambil beberapa responden di lapangan dari sekian banyak responden yang ada
dansetelah itu gue bakal melakukan sebuah generalisasi alay alias berlebihan.
Sebuah riset yang nggak pantes dicontoh, tapi mau gimana lagi dong, gue kan
sibuk. Orang sibuk itu bebas.
Oke
cukup, sekarang focus dan serius. Ngomongin anak teknik harus serius.
Anak
teknik. Seandainya gue sekreatif dan sekaya Raditya Dika, gue pasti bakalan
bikin mini film kayak Malam Minggu Miko tapi yang ceritanya tentang anak
teknik. Kenapa? Karena banyak banget hal-hal sederhana sekaligus unik yang bisa
dicermati. Atau seandainya gue Raam Punjabi, kisah kisah anak teknik langsung
gue jadiin sinetron laga semacam Brama Kumbara ataupun Raden Kian Santang
*salahfokus. Yap, pada intinya, ngomongin anak teknik itu nggak ada abisnya,
terlebih soal penderitaannya dalam urusan IPK *daleeem. Gue pikir topic IPK
adalah topic yang menyakitkan, nggak cuman anak teknik yang merasa tertohok,
gue juga *sobeksobekKHS*.
Sebagai
anak non teknik, gue bisa dengan mudah menyelami hati makhluk makhluk non
teknik (terutama cewek) untuk sekadar tahu gimana pendapat mereka soal anak
teknik.
Gue
pernah baca status temen gue. Kebetulan dia adalah anak jurusan akuntansi di
salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Statusnya secara nggak
langsung meng-kode anak anak teknik jomblo yang ada di hamparan rimba bernama ‘Fakultas
TEKNIK’.
Wow,
ternyata anak teknik menempati posisi tertinggi di antara fakultas fakultas
lain terutama untuk masalah ‘mengambil hati’. Eh gitu bukan sih? Ya anggep aja
gitu deh ya, analogi gue parah. Anak anak fakultas non-teknik setahu gue selalu
tertarik sama anak anak teknik. Kebanyakan dari mereka menganggap kalo anak
teknik adalah jodoh terbaik untuk anak non-teknik. Asas ‘saling melengkapi’ bisa
jadi adalah alasan kenapa seorang anak non-teknik mempunyai pemahaman demikian.
Seandainya aja ada pasangan anak non-teknik jurusan kebidanan dan teknik elektro.
Ada ‘saling melengkapi’ disini. Misalnya aja, si anak non-teknik punya HP Nokia
Seri 3315 yang pengen dibuat jadi
touchscreen, lalu dengan sedikit sentuhan anak teknik, HP rongsok tadi seketika
menjadi touchscreen. Lalu ketika anak teknik akan melahirkan, si anak
non-teknik yang kebetulan jurusan kebidanan membantu persalinannya secara
gratis *gagalpaham. Bayangin aja kalo anak akuntansi pacarannya sama anak
akuntansi, betapa rumitnya perhitungan keuangan mereka.
Meskipun
gitu, buat anak anak teknik jangan pada kepedean dulu, kadang kadang factor ‘tampang’
juga dipertimbangkan. Dari cerita cerita temen temen gue yang eheeem jomblo,
beberapa di antaranya memimpikan sosok anak teknik yang kece badai cetar
membahana harum mewangi sepanjang hayat. Kenapa? Karena, punya cowok anak
teknik bagi mereka adalah hal yang cukup membanggakan terlebih lagi kalo
cowoknya setaraf sama Afgan. Beeeuh, digandeng kemana mana pastinya dan tiap
hari bakalan pamer kesejuta umat. Yaa, tapi itu gak semua anak non-teknik
sekejam itu.
*analogi
gue ngaco, jangan dipikir serius yaa, itu bohong kok*
Itu
semua fakta yang udah gue campur aduk dan sedikit dimanipulasi, biasa lah otak
gue terlalu kreatif. Tapi kalo data yang ini, itu bukan hasil manipulasi. Ini
asli banget banget banget.
Hahaha..botak
ya? Selama dua tahun gue kuliah disini, gue bener bener belom pernah liat anak
teknik yang botak. Jangan jangan yang gue tanyain ini udah pernah liat anak
teknik yang botak kali ye. Wah, mengenaskan sekali. Tapi image anak teknik
emang identic banget sama botak. Beberapa orang berpikir kalo orang yang setiap
hari ketemu sama rumus dan melakukan perhitungan perhitungan ruwet, rambutnya
akan rontok secara terus menerus hingga akhirnya botak. Is it true? Seandainya
ini bener, gue bakalan alih profesi jadi pedagang obat penumbuh rambut. Kalo
seandainya jumlah mahasiswa teknik ada 1000 orang dan semuanya mengalami gejala
kebotakan dan gue jual 10ribu rupiah setiap botol, itung aja hasilnya. Gue bisa
beli UNDIP nih kayaknya.. haha.
Tapi
kalo anggapan bahwa anak teknik itu semuanya keren, gue setuju tapi gak terlalu
setuju juga si. Sedikit gue jelasin boleh nggak nih. Jadi, kebanyakan orang
menganggap anak teknik itu keren adalah salah satu akibat dari generalisasi
berlebihan. Generalisasi berlebihan ini menimbulkan sebuah observasi *cieilah
yang terkesan pilih-pilih. Karena ada sebuah mindset yang selalu bilang ‘anak
teknik itu keren banget’ ke dalam alam bawah sadar, itu membuat pandangan kita
hanya tertuju sama anak teknik yang keren. Saat menemukan fakta ada anak teknik
yang ‘nggak’ keren (dalam hal ini keren adalah
relative ), kita cenderung mengabaikannya alias nggak ngenggep. So,
terbentuklah sebuah kalimat ‘anak teknik itu keren’. Menurut gue, di setiap
fakultas yang ada, manusia yang ada di
dalamnya cenderung bervariasi. Itu penjelasan yang ngawur banget yaa. Mungkin
yang bener adalah semua orang punya kriteria keren masing masing, jadi setiap
orang juga punya penilaian sendiri dong pastinya. Keren dan nggak keren itu relative.
Dan buat gue, untuk setiap anak teknik yang pernah gue kenal maupun sekadar gue
liat saat gue pulang dari kampus, gue akuin kalo anak teknik itu emang KEREN. Horeeee…
Anak
teknik itu pinter hitung-hitungan. Berarti cocok banget jadi pengajar bimbel
anak anak SD, SMP, atau SMA khususnya pelajaran yang ada angkanya. Pfft, gue
nyerah, disini gue nggak bisa mempertahankan pendapat gue sendiri. Sebagai anak
non-teknik, gue sendiri terbiasa sama segala sesuatu yang berhubungan dengan
teori, bukan hitungan. Selama empat semester, gue belom pernah ketemu sama mata
kuliah yang berbau angka. So, seenggaknya anak teknik bisa lebih keren untuk
urusan hitung menghitung paling tidak karena anak teknik itu terbiasa, nggak
kayak gue.
Gue
yakin, di setiap fakultas pasti ada orang orang yang mempunyai keadaan special.
Di fakultas gue contohnya. Ada cowok yang gantengnya setengah mampus.
Seandainya gue adalah cewek dengan standar kece, pasti gue bakal pacarin itu
orang. Sayangnya, semakin gue amati semakin gue mendapati kenyataan
pahit.Ternyata dia ‘nggak utuh’. Kecewa. Dan gue rasa, fakultas yang nggak
bakalan mengalami fenomena seperti ini adalah fakultas teknik. Gue pikir, anak
teknik itu semuanya laki banget. Yakin deh.
Yap,
semua orang punya cara pandang masing-masing. Dilihat dari orang orang teknik
yang sempet gue kenal, gue pikir anak teknik itu mengagumkan, istimewa, giat
bekerja, laki banget, keren, dan layak diidolakan *tsaaah. Semuanya rata rata
adalah orang yang nggak bisa diem aja di kosan alias aktif banget. Banyak
pencapaian pencapaian yang udah mereka raih, apapun itu. It’s a GREAT JOB. Anak
teknik yang udah bisa mencapai tingkat seperti ini kadang kadang bisa
menginspirasi gue supaya gue bisa mencapai tingkat yang sama meskipun dengan
jalan yang berbeda karena sebenernya kita adalah special di jalan
kita sendiri.
Gue
rasa, ini baru gambaran kasar dari gimana gimananya cowok teknik dimata cewek
non teknik. Secara gue baru ambil satu responden. Seenggak-enggaknya anak
teknik (cowok) mempunyai tempat tersendiri di hati anak non teknik (cewek).
Buktinya, anak non teknik selalu menganggap anak teknik itu keren (kecuali yang
udah punya pengalaman buruk). So, seandainya ini adalah modus *ehh, gue bakal
kasih tau kalo anak anak non teknik banyak juga yang kece lhoo. Kalian udah
mengantongi modal sebagai ‘anak teknik’ lhoo seenggaknya.. haha :D
Okee,
kayaknya gitu aja dulu deh yaa.
Selamat
membacaa. Harap dimaklumi karena cerita ini sedikit ngawur dan semau gue
banget. Terimakasiih. Peluk cium dari anak non teknik ke anak teknik yang
(ngerasa) kece :3
0 komentar: